
Kurikulum sebagai salah satu strategi pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di suatu negara. Setiap negara memiliki kurikulum yang dapat berfungsi sebagai acuan keberhasilan pendidikan. Karena hanya melalui pendidikan, negara akan maju dan rakyatnya sejahtera. Faktor keberhasilan pendidikan adalah Guru, Siswa, Sarana prasarana, Lingkungan belajar (orang tua).
Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru Profesional menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 2005 mengacu pada 4 kompetensi yaitu pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial.
Siswa adalah individu yang sedang berkembang secara kognitif (pengetahuan), psikomotor (ketrampilan) dan afektif (sikap). Individu yang sedang dilatih, dididik dan dibimbing oleh orang dewasa yang profesional (guru). Siswa merupakan salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar. Siswa memegang peranan penting dalam menentukan mutu pendidikan dan kemajuan bangsa dan negara di masa depan.
Sarana pendidikan adalah semua jenis peralatan yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Contoh: buku cetak, buku guru, LKS, alat praktikum. Sedangkan Prasarana pendidikan adalah semua jenis peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan guru dan siswa untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan. Contoh: gedung sekolah, perpustakaan, meja, kursi, papan tulis, laboratorium dan peralatan multimedia lainnya.
Kondisi Pendidikan Indonesia saat ini, sangat menyedihkan, apabila dibandingkan dengan kualitas pendidikan negara lain seperti Finlandia dan India). Mutu pendidikan di Indonesia dibandingkan dengan mutu pendidikan di luar negeri sangatlah berbeda jauh. Pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara-negara maju lainnya. Hal yang dapat kita lakukan adalah membandingkan dan berkaca diri dengan pendidikan luar negeri. “perbandingan ini dilakukan agar kita memiliki acuan untuk memperbaiki apa yang masih menjadi kelemahan kita”.
Kekurangan Pendidikan Di Indonesia
- Pendidik (guru)
Belum meratanya jumlah guru di perkotaan dan pedesaan. Kurangnya pemerataan kualitas guru di perkotaan dan pedesaan. Masih terdapat penyakit guru seperti TIPUS (tidak punya selera), MUAL (mutu amat lemah), KURAP (kurang rapi), KUDIS (kurang disipilin), ASMA (asal masuk kelas), TBC (Tak Bisa Computer), KUSTA (kurang strategi), KRAM (kurang terampil), Asam Urat (asal sampai, materi kurang akurat), LESU (lemah sumber), GINJAL (gajinya nihil, jarang aktif dan lambat), DIARE (dikelas anak-anak diremehkan).
Adanya kesenjangan gaji guru antara ASN, PPPK dan Honor Komite. Padahal, mereka semua adalah guru. Sama-sama mengajar siswa di kelas. Kualifikasi pendidikan minimal sarjana. Tetapi kesejahteraan guru belum sesuai standar layak hidup. Guru masih banyak mementingkan cari uang daripada sekedar mengajar. Mengajar sambil bisnis. Jika masih seperti ini, mutu pendidikan belum bisa terwujud sebagaimana tujuan kurikulum.
- Siswa
Masalah pada siswa adalah rendahnya motivasi belajar (intern), faktor keluarga masih belum mendukung pendidikan, sekolah dan lingkungan (ekstern) belum sepenuhnya
mendukung siswa dalam kegiatan belajar. Rendahnya konsentrasi dalam proses pembelajaran di sekolah.
- Kurikulum
Kurikulum pendidikan di Indonesia terlalu banyak perubahan. Hingga saat ini, sejak Indonesia merdeka sudah sebanyak 11 kali perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum selalu dikaitkan dengan perkembangan zaman. Padahal, tujuan kurikulum adalah mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tujuan pendidikan nasional kita. Meskipun terdapat banyak perubahan nama kurikulum, pendidikan tetap menjadikan guru, siswa, sarana prasarana dan lingkungan sebagai faktor utama meningkatkan mutu pendidikan.
Dampak positif dari pergantian kurikulum adalah bagi siswa dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Jika tidak disesuaikan dengan zamannya, pergantian kurikulum dapat berdampak negatif seperti menurunnya prestasi belajar siswa.
Dampak Positif Pergantian Kurikulum
- Pergantian kurikulum membawa perubahan yang lebih baik
Berganti kurikulum yang baru yang akan dilaksanakan setelah dilakukan analisis dan telaah terkait kelebihan dan kekurangan. Dari sini dapat dikatakan bahwa salah satu tujuan perubahan kurikulum adalah untuk memperbaiki kelemahan yang ada pada kurikulum sebelumnya. Harapannya, dampak positif dari kurikulum baru dapat lebih meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
- Pergantian kurikulum disesuaikan dengan perkembangan zaman
Dunia teknologi berkembang begitu cepat. Segala aspek kehidupan manusia termasuk pendidikan membutuhkan banyak perubahan agar dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman. Salah satu fungsi kurikulum adalah untuk akan menjawab tantangan masa depan yang lebih baik agar mampu mewujudkan tujuan pendidikan.
Dampak Negatif dari Perubahan Kurikulum
- Target pendidikan tidak tercapai dengan baik
Pergantian kurikulum baru berdampak pada sekolah dan guru yang belum siap menerapkan kurikulum baru. Hal ini biasanya disebabkan karena guru sebagai pendidik belum mampu menerapkan kurikulum baru secara menyeluruh. Guru harus benar-benar memahami kurikulum baru beserta komponen-komponennya jika ingin menerapkannya dengan hasil yang diharapkan.
Sehebat apapun kurikulum baru yang dikembangkan, jika ujung tombaknya yaitu guru tidak mampu menerapkannya dalam proses belajar mengajar, maka kurikulum baru tidak bisa berjalan dengan baik.
- Fasilitas yang kurang
Minimnya fasilitas yang dimiliki oleh satuan pendidikan akan berdampak negatif pada penerapan kurikulum baru. Di beberapa sekolah, fasilitas yang dimiliki sekolah menjadi hambatan tersendiri dalam penerapan kurikulum yang baru. Fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing sekolah di Indonesia masih belum merata. Sekolah-sekolah yang ada di kota besar kemungkinan mampu memenuhi tuntutan dari perubahan kurikulum. Bagaimana dengan sekolah di tempat terpencil yang serba terbatas?
- Membutuhkan wakttu untuk sosialisasi kurikulum baru
Pergantian kurikulum baru tentu saja membutuhan waktu sosialisasi yang cukup lama untuk semua sekolah dan guru di daerah. Kurikulum baru harus mampu membuat semua guru memahami kurikulum baru agar penerapannya bisa berhasil. Sosialisasi sangat penting untuk memberikan pemahaman yang baik tentang tujuan, capaian yang ingin diraih, dan lain sebagainya dari kurikulum baru. Jika tidak ada sosialisasi, maka harapan kurikulum akan kurang berhasil dalam penerapannya.
No Responses