Ilustrasi Auoro
Budaya Auoro adalah salah satu kebiasan hidup bercorak kebudayaan orang Timor, Nusa Tenggara Timur. Auoro adalah sebuah istilah bahasa dawan orang Biboki yang memiliki arti kumpul keluarga. Acara auoro biasanya dilakukan oleh keluarga yang memiliki acara seperti nikah adat, nikah gereja dan nikah dinas.
Tidak hanya itu, auoro juga telah berkembang dalam mendukung pendidikan. Seperti auoro untuk anak sekolah yang mau masuk sekolah atau kuliah ataupun selesai pendidikan (acara wisuda).
Auoro dalam kalangan budaya orang Biboki sangat mengikat satu dengan yang lainnya. Tradisi auoro memiliki nilai gotong royong dan semangat berbhineka tunggal ika. Keluarga yang punya hajatan (acara pesta) tidak sendirian mengurus acara. Biasanya mereka duduk bersama untuk bermusyawarah mufakat dan membagi peran.
Ada istilah Tu’in yang disebut tiang utama dalam acara keluarga. Tu’in biasanya keluarga inti yang memiliki acara seperti bapak, mama, kakak dan adik kandung. Tu’in bisa juga kedua pasangan nikah, pasangan suami istri (pasutri). Sedangkan panaf atau sae’fafo adalah tiang penopang atau pendukung lainnya. Panaf melibatkan keluarga besar, suku, marga, undangan, kenalan secara umum.
Auoro dilakukan sebagai wujud kebersamaan dalam acara sukacita. Besaran nilai auoro setiap undangan keluarga sangat beragam. Nilai auoro biasanya dinyatakan dalam bentuk rupiah. Setiap tahum, nilai auoro juga disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Setiap undangan keluarga sudah ada tarif dan nilai auoronya. Bahkan, nilai auoro bisa besar dan kecil tergantung tabungan yang tersedia. Jika sudah pernah mengundang orang untuk auoro, sudah pasti nilai dan besarannya sudah tertulis dalam buku auoro keluarga. Tetapi jika belum pernah auoro, nilai dan besaran auoro ditentukan sendiri.
Auoro sifatnya menabung untuk diri sendiri dan orang lain. Auoro mirip namun tidak sama dengan sebutan arisan keluarga. Auoro banyak membantu dalam urusan keluarga yang memiliki acara. Keluarga yang membuat auoro, pasti kelimpahan uang sumbangan
Mengapa demikian? Keluarga yang datang ikut auoro pasti memberikan sumbangan uang lebih dari cukup. Namun, kumpulan auoro tidak menjadi hibah keluarga, tetapi menjadi beban di masa depan.
Jika calon auoro memberikan sumbangan sebesar Rp.250.000 dalam acara keluarga hari ini, maka selanjutnya akan berkebalikan saat calon auoro memiliki acara. Nilai dan besaran yang pernah diauoro akan dibalas dengan jumlah nominal yang sama, bahkan bisa lebih.
Besaran nilai minimal auoro saat ini tahun 2023 adalah Rp.200.000 (dua ratus ribu rupiah). Sedangkan nilai maksimal lebih dari Rp.1.000.000 (satu juta rupiah). Besaran nilai uang juga beragam tergantung ketebalan dompet.
Budaya auoro saling membantu satu dengan lainnya sudah membudaya di kalangan masyarakat Biboki Anleu. Meskipun masyarakat hidup susah secara ekonomi, namun mereka tetap melaksanakan tradisi auoro. Engkau butuh aku bantu, aku butuh engkau bantu, kira-kira seperti itulah budaya orang Biboki Anleu.
Mereka memiliki nilai kearifan lokal “nekaf mese ansaof mese, tah ma tiun tabuah, bin hit kuan ma bale”. Satu pikiran satu hati, makan dan minum bersama di rumah kampung sendiri.
Kelebihan auoro adalah membantu keluarga secara ekonomi dalam memperlancar acara keluarga. Memiliki nilai kebersamaan gotong royong yang tinggi dalam menyelesaikan acara. Orang yang diundang dalam acara auoro pasti akan hadir dalam acara puncaknya dan bagi yang tidak kebagian udangan auoro tidak akan hadir.
Sedangkan kelemahan auoro adalah tidak mengikat orang secara sah dalam hubungan keluarga. Bahkan memunculkan konflik perasaan. Auoro menjadi beban di masa krisis ekonomi dan pangan. Bagaimana tidak menjadi beban, jika dalam sehari saja terdapat lebih dari satu keluarga yang mengundang untuk auoro. Secara ekonomi menjadi beban, jika tabungan tidak cukup.***
No Responses