
Ilustrasi Pulau Kamahina dan Pohon Bayam
Pelayaran di mulai saat melihat lautan yang tiada batas. Kobalt, Besi dan Sink adalah tiga bersaudara dilahirkan dan dibesarkan di suatu pulau Kamahina. Suatu hari ketiga saudara adik kakak sedang berada di pinggir pantai pulau Kamahina. Pulau itu, tidak banyak pengghuninya, namun mereka bertiga hidup tanpa ayah dan ibu. Kedua orangtuanya telah meninggal beberapa tahun yang lalu.
Ketiga bersaudara hidup dalam kesederhanaan. setiap hari selalu saja punya cerita. Dongeng sampai pada cerita tentang bumi dan alam raya. Mereka memandang jauh di batas langit dan bumi. Tanpa batas pikiran yang menghalangi rasa ingin tahu. Mereka bertiga berargumen tentang alam semesta. Kobalt sebagai anak sulung selalu menuntun kedua adiknya untuk berani keluar dari dunia saat ini. Rasa ingin tahu ketiga saudara ini semakin bertambah setiap harinya.
Kobalt yang dipanggil “ko” harus berperan ganda sebagai kakak dan sebagai ayah dan ibu. Hidup mereka sangat sederhana dan dinamis yang penuh enquiry. Mengapa tidak? Ko sebagai kakak yang sudah mengerti tentang kehidupan, sudah banyak hal yang ia ketahui dari ayah dan ibu. Jaman purba dengan minim fasilitas, susahnya bukan main. Mereka harus berjuang melawan badai kehidupan yang kian mengganas.
Hidup di pulau Kamahina terpaksa membuat pusing kepala untuk mencari dua tiga akal untuk menyambung hidup. Sudah kering tambah panas, itulah kondisi geografis pulau Kamahina jaman dulu. Waktu terus berputar ketiga saudara memutuskan untuk merantau mencari suaka baru ke pulau seberang sana. Keinginan untuk merantau adalah rasa ingin tahu tentang dunia ini yang penuh keajaiban.
Hari Pertama
Ketiga bersaudara merancang sebuah perahu mini dengan lebar ukuran bahu orang dewasa. Panjang perahu sebesar tiga kali ukuran tinggi orang dewasa. Kira-kira enam meter lebih sedikit. Bahan pembuatan perahu menggunakan sebatang pohon yang besar. Seminggu kemudian, perahu itu siap berlayar melewati samudera raya. Perahu tersebut digerakkan hanya dengan tenaga manusia melalui alat dayung perahu.
Bekal makanan disiapkan secukupnya. Umbi-umbian, buah-buahan dan sayur-sayuran lainnya disiapkan cukup untuk sekali perjalanan. Hari menjelang malam, persiapan keberangkatan semakin dekat. Mereka beristirahat malam untuk menampung energi perjalanan keesokan harinya.
Hari Kedua
Pagi-pagi benar mereka bangun sambil menunggu terbitnya matahari. Di pinggir pantai Kamahina, tampak warna cahaya pagi memerah kekuningan dari ufuk timur. Ternyata itu hanyalah pembiasan cahaya tampak. Mereka bersiap menjemput silaunya mentari pagi. Air laut di pinggir pantai menepis air keruh sambil bergulung-gulung. Semua perlengkapan bahan makanan dimasukan ke dalam badan perahu. Sejauh mata memandang, ketiga saudara beradik kakak melepas pantai menuju luasnya lautan biru yang penuh badai dan gelombang.
Perjalanan mengarungi lautan penuh tantangan dan misteri. Keyakinan akan sesuatu menjadi nyata dalam kehidupan dinamisme. Dinamisme menjadi kekuatan dan pedoman perjalanan hidup mereka semejak kecil. Air, tumbuhan dan hewan diyakini memiliki kekuatan alam yang luar biasa. Apapu yang mereka komunikasikan selalu terjadi hubungan timbal balik. Dinamisme memiliki kekuatan gaib yang menyelamatkan, asalkan taat perjanjian awal.
Hari ke Enam
Enam hari sudah mereka mengarungi lautan lepas, namun tidak nampak pantai yang akan dituju. Mereka bertiga pasrah diri dan mengharapkan keajaiban alam terjadi. Harapan akan keajaiban menjadi kenyataan. Tibalah mereka pada sebuah pantai tak bernama. Pantai itu dipenuhi dengan hewan satwa liar seperti buaya dan komodo yang ukurannya cukup besar. Selain itu, sepanjang hamparan pantai diselimuti tumbuhan hijau yaitu pohon bayam.
Ketiga bersudara mendayung perahu mendekati pantai itu, namun sangat sulit untuk menembus ke tepian pantai yang penuh dengan rawa-rawa (lumpur). Usaha mencapai tujuan tidak membuahkan hasil. Kobalt saudara sulung tidak kehilaga akal. Ia mencoba berenang diantara hewan air yang ganas itu. Keyakinan dinamisme semakin kuat di tengah acaman. Kobalt memberanikan diri berenang diantara buaya liar dan pohon bayam.
Alam jagat masih sangat kuat. Kobalt percaya diri, dia cukup bersahabat dengan alam. Apa pun yang diminta selalu terpenuhi. Kobalt berbicara dengan alam gaib dan selalu terjawab.
Kobalt: “Hai para buaya, kami berjanji tidak akan melukaimu sedikitpun jika kalian menolong kami sampai ke pinggir pantai”
Buaya: “Hai manusia purba, engkau telah berjanji kepada kami untuk tidak melukai hati kami, atas nama para buaya kami siap membantu menyeberangkan kalian sampai ke tepian pantai”.
Kobalt dan kedua adiknya besi dan sink menaiki pundak para buaya menunju lepas pantai. Perjanjian di alam raya menjadi satu keputusan paripurna dan tidak ada kompromi. Saat itulah, Kobalt dan kedua adiknya bersumpah dan berjanji tidak akan melukai satu dengan lainnya. Tidak ada yang saling membunuh di antara manusia dan buaya. Buaya sebagai simbol raja air.
Penyeberangan ke lepas pantai tidak hanya melewati para buaya pantai, tetapi masih ada hambatan lainnya yaitu rimbunnya pohon bayam. Banyaknya pohon bayam yang menutupi permukaaan tepi pantai menjadi kesulitan bagi ketiga bersaudara untuk sampai ke tepian. Kobalt berjanji kepada sekumpulan pohon bayam yang menutupi seluruh permukaan air.
Kobalt: “Pohon bayam, kalian tumbuh subur di pinggir pantai. Kesuburan kalian menjadi penghalang bagi kami untuk bisa sampai ke tepian. Jika berkenan berilah kami jalan menuju pantai, kami berjanji tidak akan membunuh bahkan memakan kalian (pohon bayam) sampai anak dan keturunan jika kami sampai di tepi pantai”
Pohon Bayam: ” Hai manusia, kalian diciptakan sungguh sempurna. Kalian bisa saja membunuh kami demi keselamatan sampai ke tepian pantai, namun karena kalian telah bersumpah dan berjanji kepada kami, maka sekarang pun peganglah tiap-tiap ranting pohon bayam dan berpindahlah ke seberang pantai”.Kobalt dan kedua adiknya memegang tiap ranting pohon bayam dan berpindah sampai ke tepian pantai.
Janji kobalt, Besi dan Sink menjadi sumpah setia sampai mati. Jika melawan janji, manusia akan dipenuhi berbagai hambatan dan tantangan hidup. salah satu tantangan jika kobalt bersaudara dan keturunannya melanggar sumpah akan datang berbagai penyakit kulit lainnya yang berakibat pada kematian. Janji sumpah setia membuat Kobalt bersaudara tidak akan makan sayur bayam hingga keturunannya.
Ketiga saudara Kobalt, Besi dan Sink adalah nama samaran yang kemudian menjadi satu keluarga besar yang disingkat kobesi. Nama pulau kamahina (dalam bahasa dawan artinya tidak tahu). Cerita ini sebagai peringatan akan totem (larangan suku) pada hewan atau tumbuhan yang memiliki peranan penting di masa lalu. Totem tumbuhan suku kobesi adalah pohon bayam (sayur bayam).***
ownephopyOktober 29, 2023 at 12:55 am
priligy tablets price She was always very cheerful and I felt that she was always there for me