Monday 4th December 2023
    [otw_is sidebar=otw-sidebar-1]

    Solar Bukan Minuman Berkelas, Tapi Mempersatukan Budaya

    Gambar Pohon Gewang

    Meskipun mamabukan para pecandu alkohol, minuman beraroma khas lokal selalu menjadi teman duduk melingkar usai bekerja, atau bertemu teman baru, atau sahabat lama. Minuman alkohol bisa menyatukan perbedaan dan mempertemukan dua masalah tanpa masalah.

    Mengapa? Bukan tanpa alasan, minuman khas masyarakat lokal yang satu ini bisa mengumpulkan banyak orang dalam waktu yang tak disangka. Wajar memang dari jaman nenek moyang mereka hingga saat ini tidak pernah hilang ditelan jaman now. Dalam situasi sedih dan gembira, minuman khas lokal selalu hadir dalam setiap hajatan sosial budaya.

    Memang ada nilai baik dan buruk, jika seseorang mengkonsumsi alkohol yang berlebihan yang berdampak buruk bagi kesehatan dan hubungan sosial kemasyarakatan. Minuman khas lokal bisa membuat satu dunia hancur, hanya karena kelebihan alkohol.

    Tetapi, tidak semua pecandu alkohol itu brutal dan bringas, yang ada hanyalah kelebihan alkohol yang ditunjukan dengan aksi dan gaya yang bersifat sesaat (tentatif).

    Salah satu minuman khas daerah Biboki Anleu Ponu, pantai utara Kabupaten Timor Tengah Utara adalah sopi dan laru. Kedua minuman ini disingkat solar.  Kedua minuman ini menjadi pelengkap acara. Setiap ada acara adat, keluarga atau pertemuan yang sifatnya mengumpulkan banyak orang selalu dibuka dengan sopi.

    Sopi sebagai budaya pembuka acara ritual adat, kumpul keluarga, rapat bersama atau bahkan dalam penyelesaian sengketa. Sopi dianggap sarana penengah mempertemukan kedua belah pihak. Sebelum acara pembukaan dimulai, sebotol sopi bersama tanasak (tempat sirih pinang) diletakkan terlebih dahulu di atas meja.

    Sopi melambangkan laki-laki dan tanasak sebagai perempuan. Kedua sarana sopi dan tanasak hadir sebagai simbol penengah musyawarah mufakat dalam memperlancar acara.

    Bahkan sopi dan tanasak dianggap sebagai jaksa dan hakim dalam tradisi budaya orang dawan timor. Sopi dan tanasak hadir untuk membuka, menjembatani dan bisa menyelesaikan atau mendamaikan situasi dalam tos budaya (minum bersama dalam wadah yang sama).

    Setelah sopi dan tanasak diletakan di atas meja, master of ceremoni (mc) acara atau juru bicara (jubir) mulai menyampaikan maksud dan tujuan pertemuan. Biasanya mc menyampaikannya dalam bahasa adat “botel mese nok in abiate es baokse tunan, nabuat kit ok oke bin bale ma oras ia, natuin hit etus ma tonas bin neon ahunut” artinya satu botol sopi dengan pendampingnya di atas meja, mempertemukan kita di tempat dan waktu sekarang, sesuai undangan di hari kemarin.

    Sopi adalah minuman beralkohol yang diproses melalui fermentasi cairan pohon gewang, lontar atau enau. Proses pembuatan sopi sangat tradisional sejak jaman nenek moyang orang timor. Cairan pohon diperoleh dari ranting bulir penghasil buah. Pucuk ranting disadap (diiris) menggunakan pisau khusus. Pucuk ranting akan mengeluarkan cairan berwarnah putih susu. Cairan putih susu ini dalam bahasa dawan disebut tuak.

    Tuak yang baru keluar dari pucuk pohon rasanya manis seperti gula. Volumen tuak manis sangat tergantung pada usia pohon. Biasanya, pohon tuak yang baru disadap akan menghasilkan volume cairan tuak manis lebih banyak dan akan berkurang seiring waktu.

    Waktu sadap setiap hari, pagi dan sore. Pekerjaan sadap bisa berkelompok atau individu sangat tergantung pada hobi dan kiat mencari uang tambahan. Cairan tuak diproses secara tradisional sehingga menghasilkan rasa aroma khas budaya.

    Larutan tuak manis selanjutnya diproses secara fermentasi dengan beberapa ramuan yang memiliki khasiat gingseng memabukan. Ramuan tersebut bisa berbentuk batang pohon dan akar yang berkhasiat. Ramuan tersebut direndam bersama tuak manis dalam wadah tertentu.

    Hasil fermentasi tuak manis dan ramuan menghasilkan aroma yang beragam. Ada rasa manis, pahit, sepat, pedis dan asam. Rasanya pas pas tidak ada rasa yang dominan. Perubahan rasa manis bercampur asam adalah hasil fermentasi tuak manis dan ramuan yang selanjutnya diaebut laru. Bisa langsung dikonsumsi, laru beralkohol.

    Minuman laru memiliki kadar alkohol 20-40 persen bahkan bisa lebih. Jika dikonsumsi dalam jumlah banyak akan membuat kepala sedikit pusing (tidak sakit, namun terasa seperti di atas awan). Orang yang berlebihan konsumsi laru, bicaranya lepas tanpa kontrol, meskipun tidak semua bisa mengontrol diri.

    Hasil fermentasi laru, selanjutnya diproses melalui pemanasan tungku api dan penyulingan bambu atau tabung kayu. Proses fisika termodinamika dengan tekanan, suhu dan volume larutan tuak menghasilkan uap beralkohol. Perubahan zat cair larutan laru menjadi gas (uap) disalurkan melalui tabung kayu yang dirancang sedemikian rupa sehingga salah satu ujung tabung lebih rendah.

    Hasil sulingan tuak manis berfermentasi ditampung dalam botol atau jerigen. Tampungan pertama biasanya memiliki tingkat kadar alkohol yang tinggi dengan sebutan sopi kepala.

    Cara untuk mengetahui sopi kepala asli atau tidak bisa menggunakan korek api atau pemantik gas (petek), jika sopi dibakar dan ada api berarti yermasuk sopi kepala, dan sebalik tidak ada nyala api berarti bukan sopi kepala. Sopi kepala bakar menyala.

    Sopi kepala memiliki kadar alkohol yang lebih tinggi dari laru. Setiap daerah penghasil sopi memiliki corak nama sopi sebagai identitas rasa. Misalkan, Tua Nakaf Insana (TNI) sopi kepala dari Insana, Tua Nakaf Tuamese (TNT) sopi kepala dari Tuamese, Moke dari Flores dan sebutan lainnya.

    Meskipun, sopi dan laru (solar) memiliki kadar alkohol dan berdampak pada kriminal dan kesehatan tubuh, namun minuman tradisional ini juga bernilai ekonomis. Pengrajin solar di Biboki Anleu cukup menjanjikan. Pekerjaan tukang sadap tuak bisa menambah ekonomi keluarga, bahkan dapat memenuhi kebutuhan biaya sekolah anak dan kebutuhan lainnya.

    Menurut Ivodius Elu (48), pengrajin tuak laru yang beralamat Desa Ponu, RT 6 RW 3, Kampung Baru, Kecamatan Biboki Anleu, Kabupaten Timor Tengah Utaa, NTT, hasil sadapan tuak per hari bisa mencapai 50 – 100 liter larutan laru untuk setip pohon. “Satu pohon lontar dapat menghasilkan cairan tuak laru selama 2-3 bulan, tergantung kondisi pohon”, kata om Ivo sesaat sebelum memanjat dua pohon gewang yang berlokasi di Peutana, Ponu.

    Harga per jergen isi 5 liter laru dibandrol dengan harga Rp.20.000 (Dua puluh ribu rupiah).  Setiap hari pemasukan dari penjualan laru minimal 10 jergen bahkan bisa lebih saat ramai. Nilai ekonomi yang didapat dari penjualan laru rata-rata per hari Rp.300.000 s/d Rp.500.000.

    Menurut om Ivo, hasil pengrajin tuak laru lebih hemat dan ekonomis daripada proses penyulingan menjadi sopi. “Anggaran untuk penyulingan laru menjadi sopi lebih mahal”. Hasil produksi laru untuk satu pohon bisa mencapai Rp.7.000.000 bahkan lebih. Dari hasil usaha laru, om Ivo dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan kebutuhan lainnya.

    Perbedaan sopi dan laru ada dalam suasana beragam. Sopi memiliki kadar alkohol lebih tinggi dan volumenya sedikit lebih mahal dari laru. Harga sopi standar ukuran botol aqua 600 ml dengan harga minimal Rp.20.000 (Dua puluh ribu rupiah). Sopi sedikit lebih familiar dalam acara pesta dan peminum adalah kalangan menengah ke atas.

    Sedangkan laru memiliki alkohol rendah, namun bisa meningkatkan rasa mabuk dalam jumlah yang banyak. Laru berwarna putih susu volemnya lebih banyak dari sopi. Pecandu laru rata-rata kalangan menengah ke bawah. Masyarakat lokal lebih suka mengkonsumsi laru daripada sopi. Harga laru cukup terjangkau demgan volume lebih banyak dari sopi. Rasa mabuk laru lebih nikmat dibandingkan sopi. Mabok laru cepat hilang daripada sopi, namun jika dalam jumlah besar bisa berdampak buruk pada kesehatan dan hubungan sosial.*

    *Ualasan tulisan ini diambil di wilayah Biboki Anleu sebagai salah satu kearifan lokal yang cukup menghidupkan masyarakat setempat. Gambar pohon Gewang yang dijadikan sebagai sumber penghasil cairan laru. Terimakasih anda telah membaca ulasan ini, berikan komentar di bawah ini.

    [otw_is sidebar=otw-sidebar-6]

    Subscribe

    Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

    No Responses

    Tinggalkan Balasan