Monday 4th December 2023
    [otw_is sidebar=otw-sidebar-1]

    Beginilah Tradisi Kenduri adat: Nono Suku Kobesi dan Anin

    Dokumen Penulis: Prosesi adat

    Kenduri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) adalah acara perjamuan makan untuk memperingati suatu peristiwa, meminta berkah, dan sebagainya. Acara kenduri biasanya disebut kenduren (dalam bahasa Jawa) yaitu berkumpulnya laki-laki dewasa dengan tujuan meminta kelancaran dalam suatu acara yang dipimpin oleh yang dituakan atau yang memiliki keahlian khusus.

    Acara kenduri dalam tradisi suku dawan Noemuti Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki tatacara yang berbeda namun memiliki nama acara yang sama yaitu pesta kenduri. Acara kenduri dalam budaya dawan adalah sebuah acara adat yang dikenal dengan istilah nono, yang berperan dalam acara tersebut adalah keluarga suku terkait. Misalkan suku Kobesi dan Anin.

    Kenduri adalah pesta adat yang dikhususkan untuk orang yang telah meninggal. Keluarga yang meninggal dapat mengatur acara jalannya pesta kenduri. Tidak semua orang dilibatkan dalam acara pesta kenduri, meskipun ada undangan untuk umum, namun mereka hadir untuk menyaksikan dan resepsi bersama.

    Acara adat nono atau kenduri dalam budaya noemuti memiliki kesakralan dan bahkan bisa berdampak buruk jika diurus tidak sesuai jalan dan caranya. Maksudnya, acara adat nono dijalankan sesuai tradisi keluarga yang sudah dilakukan oleh para leluhur pada jaman dulu.

    Acara nono selalu bertalian dengan nama marga atau suku. Misalkan Kobesi dan Anin. Kedua suku Kobesi dan Anin memiliki hubungan acara adat nono yang sama. Kedua suku ini saling mengisi satu dengan lainnya, baik suka maupun duka. Misalkan, keluarga suku Anin yang mengalami duka (meninggal), maka yang bisa duduk untuk mengatur acara adat nono adalah suku Kobesi. Begitupun sebaliknya dalam suka maupun duka.

    Berikut ini ada tahapan-tahapan acara kenduri adat nono sebagai berikut:

    1. Persiapan

    Sebelum acara kenduri dimulai, maka didahului dengan rapat suku terkait. Perlengkapan alat dan bahan yang harus disiapkan adalah hewan (babi lokal) 2 ekor,  padi, jagung, lesung, alu, piring sendok dari daun lontar, kayu api (kusambi).

    Hewan 2 ekor khusus untuk adat nono. Satu ekor hewan untuk adat pemali (khusus nama suku saja yang berhak makan), sedangkan satu ekor lainnya untuk umum atau undangan. Kedua ekor hewan tersebut disiapkan oleh keluarga suku yang memiliki acara, namun pada umumnya hewan kurban ditanggung bersama keluarga terkait.

    Kedua ekor hewan dipersembahkan dalam acara kenduri. Namun, masing-masing hewan kurban disembeli sesuai dengan peruntukannya. Dalam budaya suku Kobesi dan Anin terdapat istilah maputu atau manuni (pemali) dan manikin (dingin). Maputu biasanya dikhususkan untuk nama suku Kobesi dan Anin, sedangkan manikin biasanya untuk undangan umum.

    Untuk maputu (eus e tune) dan manikin (eus e une). Siapa saja yang berhak di atas eus e tune hanya khusus nama keluarga suku anin dan kobesi. Sedangkan bagian bawah (eus e une) untuk umum.

    Padi dan jagung disiapkan untuk ditumbuk sebagai bahan makanan dalam prosesi adat nono kae. Padi dan jagung ditumbuk di dalam lesung dengan menggunakan alu yang telah disiapkan. Pada dan jagung di tumbuk di depan pintu rumah.

    Api dipercayai sebagai sumber energi cahaya kehidupan. Api dibuat oleh keluarga suku nono kae di dalam rumah duka. Api dibuat dari kayu kusambi yang tidak boleh padam selama 8 siang dan malam.

    Piring dan sendok disiapkan bukan bahan logam atau aluminium melainkan terbuat dari daun lontar. Piring berbentuk spaik (anyaman lontar berbentuk piring), sendok lontar (daun lontar yang dilipat membentuk sendok).

    2. Pelaksanaan

    Setiap suku memiliki acara adat yang beragam. Khususnya suku Kobesi dan Anin mempunyai tatacara yang berbeda dalam urusan adat (nono kae). Acara nono kae suku Kobesi dan Anin dilaksanakan selama 8 hari siang dan malam.

    Hari malam pertama sampai malam hari ke empat.

    Prosesi adat nono Kobesi dan Anin di hari malam pertama adalah menurunkan kabi (tempat sirih pinang) dan alu (tas penyimpan sirih pinang yang digantung di dalam rumah. Setelah iu, pembuatan api nono di dalam rumah. Api nono yang sudah dinyalakan dipertahankan (tidak boleh padam) selama 8 hari dan malam berturut-turut di dalam rumah duka.

    Selama prosesi adat nono kae, ruangan yang digunakan untuk upacara adat disterilkan khusus untuk nama keluarga suku Anin dan Kobesi yang boleh masuk di dalamnya. Ruangan yang ada api nono kae di jaga khusus oleh keluarga suku Anin dan Kobesi.

    Adapun prosesi adat nono kae yang dilakukan di dalam rumah duka selama empat hari dan malam adalah menyiapkan hidangan makanan khusus untuk arwah yang akan dikendurikan atau diadatkan. Makanan tersebut berupa nasi yang dihidangkan dalam tanasak (wadah kotak yang terbuat dari anyaman daun lontar). Hidangan makanan diletakan di atas tempat tidur armarhum di dalam rumah. Hidangan makanan arwah disiapkan selama empat hari dan malam.

    Hari malam kelima sampai hari malam ke delapan.

    Menjelang hari kelima, hari malam keempat akhir yang disiapkan adalah mendirikan lesung dan alu di depan rumah duka.Namun, sebelum lesung berdiri di depan rumah, didahului dengan pemanggilan arwah di kuburan tempat jenasah di makamkan.

    Petugas pemanggil arwah adalah empat atau enam orang (berpasangan laki dan perempuan). Saat keluar dari rumah pembawah tempat sirih (kabi) adalah perempuan dan didampingi oleh anggota keluarga lainnya. Susunannya paling depan adalah pembawah kabi disusul anggota yang lain.

    Arah lintasan melalui jalur di mana evakuasi jenasah menuju liang lahat. Selama perjalanan dilarang berbicara dengan siapapun yang ditemui di perjalanan. Waktu mulai perjalanan sekitar pukul 17.00 waktu setempat.

    Setiba di tempat pemakaman (kuburan), dilakukan ritual undang arwah untuk ke rumah acara kenduri. Setelah ritual pemanggilan arwah, para utusan kembali ke rumah kenduri. Sampai di rumah dilakukan pemotongan buah kelapa, lalu isinya di isi ke dalam tanasak.

    Kemudian perempuan pembawah kabi mengambil alih tanasak yang berisi kelapa lalu menuju ke sumber mata air untuk mandi dan keramas pakai buah kelapa yang dikunya. Sesaat sebelum mandi, pembawa tanasak membuang sebagian kelapa melewati sumber mata air atau sungai. Ini dilakukan oleh tim empat atau enam orang keluarga suku. Waktu dilakukan pada malam hari sekitar jam 20.00 waktu setempat.

    Setelah mandi, mereka pulang membawa air dari sumber mata air tersebut untuk digunakan memasak adat kenduri. Air tersebut diisi di dalam periuk tanah yang sudah disiapkan di dalam rumah.

    Pendirian dua lesung dan alu di depan rumah tanpa atap tenda (atap polos). Satu lesung tempat di depan rumah (lesung adat nono) dan satunya di samping rumah (lesung tambahan).  Lesung adat nono khusus untuk tumbuk jagung putih sebanyak empat kali, dan lesung tambahan untuk tumbuk padi sebanyak empat lesung.

    Proses peluruhan (penumbukan) padi dan jagung di dalam lesung dengan menggunakan alu. Penumbukan padi dan jagung dilakukan oleh dua orang perempuan dari nama suku Kobesi dan Anin. Kedua perempuan suku melakukan penumbukan secara bergantian tanpa henti sampai kulitnya terlepas dari isinya.

    Hasil tumbukan padi dan jagung berupa beras dan jagung bose disiapkan untuk hari malam kedelapan, malam terakhir. Sebelum jam 24.00 waktu setempat di hari ke tujuh mulai dilakukan penyembelihan hewan kurban. Setelah penyembelihan, daging kurban dimasak bersamaan dengan beras dan jagung bose yang sudah ditumbuk.

    Penyembelihan hewan kurban ada 2 jenis yaitu khusus dan umum. Hewan khusus hanya bisa dimakan dagingnya oleh keluarga suku

    Hari kedelapan dini hari sebelum jam 06.00, masakan yang sudah siap disebut dengan istilah mak asu (makanan anjing). Disebut makanan anjing karena hidangan makanan campuran antara beras, jagung dan daging dalam satu periuk tanah.

    3. Resepsi bersama

    Masakan makanan anjing (mak asu) yang sudah disiapkan oleh keluarga suku Kobesi dan Anin, selanjutnya dapat disantap oleh  keluarga suku penyandang nama suku dan tamu undangan.***

    [otw_is sidebar=otw-sidebar-6]

    Subscribe

    Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

    No Responses

    Tinggalkan Balasan