
Dokumen Penulis
Hidup dan mati adalah dua situasi yang dialami oleh setiap manusia di alam semesta. Manusia hidup tidak terlepas dari alam lingkungan yang turut memberikan kehidupan. Cara manusia beradaptasipun sangat erat kaitannya dengan alam. Mengapa demikian?
Mamusia sebagai insan yang sempurna selalu mencari jalan dan cara untuk bisa bertahan hidup dan bersahabat dengan alam. Cara-cara ini sudah lama dilakukan sejak jaman nenek moyang khususnya orang Dawan Timor Nusa Tenggara Timur.
Orang Timor, khususnya orang Dawan yang mendiami pedalaman pulau Timor khususnya daerah Noemuti Kabupaten Timor Tengah Utara telah menjalani kearifan lokal yang penuh mistik. Hal ini nampak dalam kehidupan sehari-hari baik suka maupun duka.
Kehidupan dan kematian dalam tradisi budaya orang dawan Noemuti selalu bertalian dengan budaya mistik. Orang Noemuti masih mempercayai adanya kekuatan mistik dari para leluhurnya. Mereka percaya bahwa peristiwa masa lampau masih menyimpan kekuatan yang menghidupkan.
Salah satu budaya yang masih eksis sampai saat ini adalah tradisi adat kematian “nono”. Nono adalah tradisi adat bagi marga atau suku suku di masyarakat dawan Noemuti. Masyarakat dawan Noemuti pada umumnya memiliki budaya kesakralan adat nono dalam setiap urusan kelahiran dan kematian. Misalkan suku “Kobesi dan Anin” yang ada di Noemuti. Kedua suku Kobesi dan Anin memiliki hubungan yang saling melayani dalam urusan adat “nono”.
Urusan adat nono sangat erat kaitannya dalam urusan kelahiran dan kematian dalam budaya dawan Noemuti. Tradisi adat nono memiliki peranan yang sangat penting. Mengapa demikian? Bukan tanpa logika yang harus dibuktikan secara ilmiah, namun budaya adat nono memiliki erat kaitannya dengan napas kehidupan orang dawan.
Nono merupakan budaya marga atau suku yang prosesi adatnya di atur oleh masing-masing keluarga suku. Urusan nono tidak dilakukan secara individu, tetapi prosesinya melibatkan seluruh komponen suku terkait. Nono sebagai prosedur adat yang sifatnya membawa keselamatan bagi orang yang meninggal maupun yang hidup.
Orang yang meninggal dalam masyarakat dawan Noemuti, prosesi adat nono dijalankan oleh kedua suku yang bertalian. Acara nono diyakini sebagai prosedur pelurusan jalan armalhum (orang yang meninggal) menuju kehidupan abadi.
Acara adat nono terdiri dari 2 macam yaitu nono honis (kehidupan) dan nono maten (kematian). Nono honis adalah tradisi budaya adat bagi suku Kobesi yang berkaitan langsung dengan kehidupan manusia sejak lahir hingga meninggal. Sedangkan nono maten adalah prosesi adat yang dikhususkan bagi orang yang telah meninggal dunia.
Kedua adat nono menjadi bagian yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan orang dawan Noemuti. Bukan tanpa alasan bahwa budaya adat nono memiliki kekuatan yang tak kelihatan, bahkan sudah mendarah daging di setiap nadi anak dan cucu. Tradisi yang sudah dijalani sejak jaman nenek moyang orang dawan menjadi kekuatan hidup dan mati orang dawan Noemuti.
Sifat kesakralan adat nono adalah melindungi, menguatkan dan menghidupkan. Nono selalu melindungi keluarga suku dari segala gangguan alam gaib. Nono bagaikan benteng pertahanan keluarga yang pertama dan utama. Meskipun tidak kelihatan secara kasat mata, namun bisa dirasakan dalam hidup bersuku.
Nono bukan medis yang bisa menyembuhkan, namun kepercayaan pada leluhur (ancestor) yang bisa menyembuhkan, walaupun itu hanya lewat percikan air putih oleh sesepuh suku. Mustahil memang, mamun nyata dalam praktek hidup berbudaya orang Noemuti.
Nono juga memiliki kekuatan menghidupkan garis keturunan secara patrilinear (garis keturunan ayah). Bukan tanpa alasan, nama klan (suku) bisa tereliminasi dalam satu generasi jika memang mengabaikan tradisi nono. Bahkan bisa terjadi loss generation dalam suku tersebut. Namun, budaya nono yang baik dapat memberikan garis keturunan anak laki-laki sebagai penerus klan (marga) suku.***
No Responses