
Gaya Belajar Siswa
Setiap siswa memiliki gaya belajar yang beragam. Menurut (Hasanah, 2021) gaya belajar dipandang sebagai cara konsisten yang dilakukan seorang siswa untuk menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir dan memecahkan soal. Cara siswa menangkap makna yang disampaikan guru juga berbeda satu dengan lainnya. Melalui alat indera manusia, siswa pembelajar dapat menangkap makna pembelajaran. Melalui pendengaran, penglihatan, perasaan, pergerakan anggota tubuh siswa dapat menangkap makna ilmu pengetahuan yang disampaikan guru.
Meskipun demikian, gaya belajar siswa juga dipengaruhi oleh faktor genetik dari orang tua siswa (Cicilia, 2019). Kebiasaan hidup dan cara belajar orang tua juga menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anaknya. Data menunjukan bahwa kebiasaan siswa berprestasi memiliki gaya belajar aktif dan reflektif, intuitif dan sensorik, visual dan verbal, sekuensial dan global (Nofriansyah, 2022).
Gaya belajar siswa akan memberikan dampak positif bagi perkembangan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa secara kognitif (pengetahuan), psikomotor (ketrampilan) dan afektif (sikap) dapat tergambar dalam perubahan tingkahlaku setelah melewati proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat ditentukan melalui indikator tertentu sesuai standar yang diberikan guru (Rosyid, 2020).
Gaya belajar siswa menurut beberapa ahli membagi dalam tiga jenis gaya belajar yaitu Auditori, Visual dan Kinestetik (Cicilia, 2019). Gaya belajar auditori mempunyai kemampuan dalam hal menyerap informasi dari pendengaran. Siswa yang mempunyai gaya belajar audivisual dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi atau mendengarkan apa yang dikatakan guru (Shota, 2009).
Ciri-ciri siswa dengan gaya belajar auditori diantaranya: mudah terganggu oleh keributan, menggerakkan bibir membaca dengan keras dan mendengarkan, dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat bercerita, berbicara dalam irama yang terpola, biasanya pembicara yang fasih, belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar, dan lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik dalam DePorter dan Hernacki.
Gaya belajar visual merupakan cara belajar siswa melalui penglihatan. Siswa lebih memahami makna melalui bukti konkret. Ciri-ciri siswa yang memiliki gaya belajar visual ialah kebutuhan tinggi untuk melihat dan mencerna informasi secara visual sebelum siswa memahaminya. Siswa cenderung ada masalah dalam berdialog secara langsung karena terlalu aktif terhadap suara, siswa sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah mengartikan kata atau ucapan (Emirina,2009).
Gaya belajar kinestetik merupakan cara memahami sesuatu melalui gerakan dan menyentuh tubuh. Siswa tipe ini memiliki keunikan dalam belajar selalu bergerak dan menyentuh. Siswa dengan tipe gaya belajar ini tidak suka duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangat kuat.
Ciri-ciri siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik adalah berbicara secara perlahan, mudah terganggu dengan keributan, selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, belajar melalui praktik, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca, banyak menggunakan isyarat tubuh, dan tidak dapat duduk untuk waktu yang lama.
Siswa SMAN Biboki Anleu
Siswa SMAN Biboki Anleu merupakan siswa yang berasal dari orang tua dengan taraf kehidupan ekonomi di bawah standar kesejahteraan. Mayoritas orang tua siswa bekerja sebagai petani, nelayan dan buruh. Tuntutan ekonomi keluarga yang kian meningkat membuat perhatian orang tua terhadap pendidikan anak sangat minim. Hal ini nampak dalam pengontrolan siswa pembelajar di luar jam sekolah.
Berdasarkan pengamatan penulis, orang tua siswa sudah mempercayakan sepenuhnya pendidikan anak kepada sekolah. Namun, kebutuhan pendukung anak dalam belajar belum sepenuhnya terjawab. Perhatian orang tua kepada siswa dalam belajar juga masih minim. Fasilistas belajar di rumah juga belum maksimal. Meskipun demikian, siswa pembelajar tidak larut dalam keterbatasan orang tua, mereka memiliki cara yang berbeda dalam menangkap makna pembelajaran di sekolah.
Memasuki awal tahun pelajaran 2023/2024, SMAN Biboki Anleu telah menerima 229 siswa baru untuk tingkatan 10 dengan 7 rombongan belajar (rombel). Siswa baru dari berbagai Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki cara yang beragam dalam merespon materi pembelajaran. Bukan tanpa alasan, gaya belajar siswa di abad 21 harus menyesuaikan dengan perkembangan peserta didik.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan dalam pembelajaran yang berkualitas, maka sebagai seorang guru yang profesional dalam tugas harus mampu memahami gaya belajar siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Sebagaimana dalam tuntutan kurikulum, sebelum memulai pembelajaran di setiap satuan pendidikan, maka diperlukan sebuah assesmen diagnostik awal.
Assesmen diagnostik awal yang dilakukan meliputi assesmen diagnostik kognitif dan non kognitif. Assesmen diagnostik kognitif dilakukan oleh guru mata pelajaran masing-masing, sedangkan assesmen diagnostik non kognitif dapat dilakukan secara umum untuk semua siswa. Metode yang digunakan dalam assesmen diagnostik non kognitif adalah menelusuri gaya belajar siswa, kecerdasan siswa, serta bakat dan minat siswa.
Model assesmen diagnostik non kognitif dalam bentuk sebaran angket yang diisi secara langsung oleh siswa pembelajar. Angket disusun berdasarkan indikator gaya belajar siswa meliputi visual, auditori dan kinestetik. Hasil responden siswa dianalisis secara data statistik melalui deskripsi masing-masing indikator.
Hasil assesmen diagnostik non kognitif gaya belajar siswa menunjukan bahwa siswa kelas 10 SMAN Biboki Anleu memiliki gaya belajar yang beragam. Siswa dengan gaya belajar visual sedikit lebih dominan dari gaya belajar auditori dan kinestetik. Gaya belajar visual 39, 34 %, gaya belajar auditori 32,80% dan gaya belajar kinestetik 27,85 %
Gambar: Grafik Gaya Belajar Siswa
Berdasarkan hasil assessmen diagnostik non kognitif gaya belajar siswa, menunjukan bahwa gaya belajar visual adalah gaya pembelajaran yang paling dominan dan yang paling diminati bagi siswa kelas 10 SMAN Biboki Anleu di tahun pelajaran 2023/2024, sehingga peranan guru dalam melaksanakan pembelajaran harus lebih banyak menggunakan media berbasis visual.
Media pembelajaran visual meliputi tayangan gambar, video, animasi yang dapat memahamkan siswa dalam pembelajaran. Guru sudah harus meninggalkan model pembelajaran konvensional CBSA (Catat Buku Sampai Abis), ceramah atau kotbah berlebihan di dalam kelas, siswa berperan sebagai pusat pembelajaran (student Centered) dan guru hanya sebagai fasilitator bukan sumber informasi. Meskipun demikian, guru berperan ganda baik sebagai pendidik maupun pembimbing dalam belajar.
Selain media visual, guru juga harus mempersiapkan media pembelajaran berbasis audiotori seperti suara, gambar dan suara. Selain itu alat peraga lainnya yang dapat dimanfaatkan guru dan siswa dalam pembelajaran. Bukan tanpa alasan, siswa yang memiliki keterbatasan memahami ilmu pengetahuan bukan siswa yang bodoh, tetapi gaya belajar yang berbeda. Guru sebagai inspires dalam menyampaikan ilmu pengetahuan. Guru harus mampu membuat siswa belajar tanpa beban, hanya karena gaya belajar yang berbeda.***
References
Cicilia, Y. (2019). Gaya dan Strategis Belajar Bahasa. Educatif: Jurnal Ilmu Pendidikan.
Hasanah, R. Z. (2021). Gaya Belajar (Learning Style). Depok.
Nasution. (2014). Gaya Belajar Siswa. Bandung.
Nofriansyah. (2022). Gaya Belajar Peserta Didik Berprestasi . Educatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 1565 – 1574.
Rosyid, M. Z. (2020). Prestasi Belajar Edisi 2. Pamekasan: Literasi Nusantara.
No Responses